Kumpulan Ngaji Gus Baha


Tagar Gus Baha’ merupakan sebuah media baru dalam belajar agama di media sosial kepada KH. Bahauddin Nursalim. Kebanyakan ulama di dunia media sosial merupakan ulama yang dengan sengaja mempopulerkan diri dengan membuat pengajian yang diunggah ke media sosial, namun tagar Gus Baha’ hadir ditengah oase ustaz millenial yang rata-rata merupakan seorang sarjana terkemukana di dunia Barat maupun Timur Tengah.

Biasanya ulama millenial lahir dari rahim pendidikan formal, namun anggapan tersebut dipatahkan dengan kemunculan ngaji online tagar Gus Baha’, adanya tagar Gus Baha’ merupakan gambaran kongkrit ulama dari pendidikan non formal atau pesantren mampu berkontestasi dengan ulama yang berpendidikan formal di era millenial (Heidi A. Campbell dan Mia Lövheim, 2011).

Sebagaimana dilihat dalam respon netizen dalam ngaji online pada tagar Gus Baha’ memiliki banyak tanggapan yang positif dibanding yang negatif, hal ini menunjukkan bahwa dakwah di dunia virtual sekalipun adab dan tata krama harus selalu dijunjung dengan agung. Berdakwah haruslah dengan bahasa yang santun terlebih lagi mampu memberikan nuansa santai, humanis dan harmonis, tagar Gus Baha’ merupakan sebuah kritik yang kuat atas ustaz yang keilmuan keislaman dan logika berpikir masih amatiran, untuk terlebih dahulu belajar kembali sebelum dakwah tentang Islam ajaran al-Qur’an dan sunnah Nabi.

Beberapa hal yang perlu digaris bawahi adalah dakwah itu selalu berkembang secara dinamis, sehingga di dalamnya terus mengalami kemajuan dan penyeusaian. Dahulu dakwah sorang nabi Muhammad dengan lisan dan perbuatan, dakwah para sahabat menggunakan kalam yang menyejukkan, dakwah Walisongo di Nusantara menggunakan budaya, maka sudah sangat tepat jika dakwah di era millenial dapat menggunakan media sosial (Campbell). Gus Baha’ mengatakan bahwa kebaikan itu harus diperlihatkan, sudah tidak zamannya kebaikan itu disembunyikan, apa jadinya jika keburukan dipertontonkan sedangkan kebaikan harus di tahan. Hal tersebut dapat menjadikan ketimpangan di berbagai aspek kehidupan, selain itu dengan adanya internet dan agama yang saling berkelindan setidaknya dapat menekan, dan mengikisi pemahaman yang tidak sesuai tentang agama. tempat ngaji gus baha di jogja

Hampir-hampir tagar Gus Baha’ setiap hari selalu update dan bertambah konten, hal ini menunjukkan bahwa Gus Baha’ setiap hari juga secara konsisten terus mengaji kesana-kemari membimbing umat, hanya saja dalam dunia nyata Gus Baha’ selalu pindah dari suatu tempat ketempat yang lain silih berganti, namun di dunia maya, ditengah kesibukan masyarakat saat bekerja tetap dapat mengaji, masyarakat cukup mengakses agama dengan mengklik tagar Gus Baha’, entah itu di Youtube, Twitter, Instagram, Facebook (Rosalind I. J. Hackett, “Religion and the Internet, 2006). Dapat diambil kesimpulan bahwa ngaji online dalam Tagar Gus Baha’ merupakan sebuah trobosan dan angin segar dalam memahami agama secara otentik, sebab ulama yang dikaji memiliki integritas yang sudah jelas dapat mendidik. ngaji bersama gus baha

LihatTutupKomentar